“Perjalanan ribuan mil selalu dimulai dari langkah pertama”

~ Pepatah China ~

Apa yang membedakan seorang awam dengan pembuat sejarah? Bukan harta kekayaan. Bukan status sosial, latar belakang keluarga, nasib baik ataupun umur panjang. Sering kali para pembuat sejarah awalnya adalah seorang biasa, sederhana dan bukan siapa-siapa. Helen Keller hanyalah seorang gadis kecil yang buta dan bisu sebelum ia menjadi wanita pertama di Inggris yang mendapatkan gelar sarjana dan menginsipirasi jutaan orang lewat karyanya. Marie Currie putus sekolah, menjadi pembantu rumah tangga di usia remaja sebelum akhirnya menemukan metode kemoterapi untuk menolong penderita kanker dan meraih penghargaan nobel dua kali. Soewardi Suryaningrat, seorang jurnalis muda memulai impiannya dengan menulis satu dua artikel di surat kabar milik sahabatnya, sebelum akhirnya mendirikan Taman Siswa dan menjadi Bapak Pendidikan Indonesia. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi seorang pembuat sejarah, selain melihat kebutuhan disekeliling dan menjawabnya.

Para pembuat sejarah tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka peduli dengan orang lain. Mereka memperhatikan sekelilingnya. Dan di zaman yang serba invidualis ini, Indonesia membutuhkan orang-orang seperti itu. Karena itulah, pihak RCTI, setelah 21 tahun menghadirkan berita televisi berkualitas, Seputar Indonesia, menempatkan kategori Indonesia Social Transformer dalam 8 kategori penghargaanSeputar Indonesia Awards 2011 yang diberikan pada putra-putri Indonesia pada tanggal 17 Mei 2011 pukul 16.00 WIB. Para calon penerima penghargaan diseleksi oleh tim verifikasi yang terdiri dari Inke Maris, Rhenald Kasali, Rudy Ramawy, Arief Suditomo dan Putra Nababan.

"Ajang ini kami adakan untuk diberikan kepada semua orang, yang sudah memberikan sumbangsihnya kepada Seputar Indonesia. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada kita. Ada yang melakukan sesuatu dengan sangat positif, ada yang negatif. Kita juga bisa belajar dari mereka. Apa pun yang mereka lakukan kita bisa belajar. Bulai Mei ini kita akan menghargai keberadaan mereka, dengan Seputar Indonesia Awards 2011," ucap Pemimpin Redaksi RCTI Arif Suditomo, belum lama ini.

Seputar Indonesia Award untuk Prof. Yohanes Surya, Ph.D.

Ketika Sains Mengubah Indonesia

Prof. Yohanes Surya Ph.D meraih penghargaan dalam kategori Seputar Indonesia Social Transformer 2011, mengungguli nominator lainnya yaitu Gayatri Pamuji, Bambang Ismawan, Masril Koto, dan Sugeng Siswoyudono. Sosok profesor yang rendah hati ini telah banyak berjerih lelah bagi pendidikan Indonesia. Perhatiannya dalam mengembangkan matematika dan sains telah membuahkan hasil signifikan yang menginspirasi bangsa ini. Sebut saja puluhan medali olimpiade fisika dari anak-anak hasil asuhannya, program Gasing yang telah menggulirkan gerakan cinta matematika, hasil karya tulisan-tulisan, buku , komik, dan berbagai permainan yang membuat anak-anak Indonesia semakin mencintai sains dan matematika

Semuanya berawal dari sebuah impian. Adalah mimpi untuk melahirkan pemenang nobel fisika di tahun 2020, 30.000 ilmuwan ditahun 2030, rata-rata nilai matematika anak-anak Indonesia di posisi lima besar dunia yang telah menjadi bahan bakar bagi Bapak Yohanes Surya untuk terus berkarya. Terdengar berlebihan? Dalam bukunya,MESTAKUNG, the Secrets, ketika tim TOFI menargetkan Indonesia menjadi juara dunia Olimpiade Fisika dengan 5 medali emas, banyak yang menertawakannya dengan mengatakan mimpi ini kelewatan dan tidak realistis. Akan tetapi, semuanya bungkam ketika Jonathan Mailoa meraih gelar The Absolute winner pada olimpiade fisika ke-37 tahun 2006 yang diselenggarakan di Singapura. Putra Indonesia sukses menjadi juara dunia, mengalahkan 386 peserta dari 84 negara. Gaung kemenangan Indonesia ini menggema cukup keras sehingga seorang profesor dari Belgia mengirim pesan, “Echo of Indonesian victory has reached Europe !”. Artinya, mimpi yang paling mustahil pun dapat terwujud. Kemajuan sains akan mengubah wajah peradaban Indonesia.

Impian Mempunyai Harga

Tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpi karena sering kali jalan menuju impian memang berliku-liku, penuh tantangan berat dan menuntut pengorbanan yang mahal. Kehidupan tidak akan pernah mejadi luar biasa tanpa fokus, dedikasi dan disiplin. Gail Devers, Atlit Atletik kelas dunia yang mengidap kelainan Tyroid pernah berkata, “Jagalah mimpimu tetap hidup. Untuk mencapainya dibutuhkan keyakinan, visi, kerja keras, kekuatan dan dedikasi”

Resesi global telah memaksa banyak orang untuk menunda impian mereka dan membatalkan rencana mereka. Hal ini tentu sangat disayangkan. Ketahuilah bahwa,impian selalu mempunyai harga. Ketika Yohanes Surya dan rekan-rekannya melatih tim olimpiade fisika yang pertama, beliau masih menjadi mahasiswa doktoral diWilliam and Mary College dengan beasiswa yang hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Tiket untuk lima siswa yang ikut pembinaan diperoleh dari hasil patungan dari sebuah penerbit buku dan dana swadaya para orang tua murid yang merelakan uang kuliah anaknya dipakai dulu. Sementara biaya pembinaan selama dua bulan hanya mengandalkan sumbangan sukarela para mahasiswa Indonesia yang kuliah di mancanegara. Kesuksesan memang tidak begitu saja jatuh dari langit. Sebelum menuai panen besar, ada benih yang harus ditabur. Namun, bila disertai ketekunan dan pengorbanan, tidak ada jerih payah yang akan sia-sia.

Akhir kata, ada banyak cara untuk mencintai Indonesia. Menjadi pahlawan tidak selalu identik dengan keberanian mengangkat senjata di medan perang, Puluhan tahun lalu, seorang pemuda bernama Cipto menorehkan tinta emas di lembar sejarah dengan memberantas wabah penyakit pes dan pemuda lain, WR.Supratman menyatakan cintanya pada negerinya lewat gesekan biolanya. Kartini bahkan tidak perlu hidup lebih lama dari 25 tahun untuk menjadi wanita pertama yang mendirikan sekolah bagi kaumnya. Dan anda pun dapat melakukan sesuatu untuk bangsa ini, entah melalui bakat musik, menulis buku, kegiatan sosial, menjadi pengusaha yang menghasilkan produk dalam negeri berkualitas atau bahkan seorang ibu rumah tangga yang menginspirasi anak-anaknya untuk mencintai matematika. Apapun itu, yang terpenting adalah peka menemukan kebutuhan dan tidak berhenti sebelum itu terjawab. Melangkahlah dengan kepala tegak menuju impianmu dan buatlah Indonesia tersenyum. (***)

sumber: http://www.yohanessurya.com/news.php?pid=101&id=206