Marah (angry) boleh, tetapi

jangan menjadi orang yang mempunyai sifat pemarah (anger).

Sebenarnya inti dari kemarahan adalah adanya rasa benci sebab apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Teman dari sifat pemarah adalah adalah sikap yang sinis dan perilaku yang agresif.

Si pemarah merasa dirinyalah yang paling baik dan benar. Ada pula ahli yang mengatakan sikap pemarah ini adalah kebiasaan. Sebab sering dipenuhi kehendaknya jika ia “meledak marah” ketika kecil, jadi berlanjut hingga dewasa.


Beberapa sarannya untuk mengurangi marah adalah

1. Buatlah peta kebencian

Untuk lebih mengerti diri sendiri dan kemarahannya, catatlah dengan teliti tiap hari pikiran dan perasaan marah yang muncul. Dari dongkol kecil-kecilan sampai kemarahan yang hebat. Catatlah kapan, mengapa, bagaimana pikiran dan perasaannya serta apa saja yang menimbulkan amarah itu. Catatan ini perlu sebagai pola, agar tampak soal apa saja yang menjadi biang kerok kemarahannya, kapan terjadinya, dan di mana. Dan apa akibat kemarahannya. Tiap malam catatan ini dinilai kembali dan dipikirkan cara apa yang lebih baik dilakukan, dan adakah kemajuan jika diperbaiki.

2. Uji kembali pikiran yang menimbulkan marah

Kalau Anda memaki-maki di sepanjang jalan yang macet, hasilnya jalanan tetap macet. Yang bertambah adalah “racun arsenik” dalam tubuh Anda. Tambah besar dan lama marahnya tambah berat dampak negatif buat diri Anda, juga buat orang yang duduk di samping Anda.

Ujilah pikiran dan perasaan Anda, buat apa marah-marah di jalan macet, bukankah lebih baik memutar kaset dan ikut bernyanyi? Buat apa anak dimarahi sebab bajunya kena saus tomat. Itu kan lumrah, namanya juga anak kecil. Untung sendoknya tidak tertelan.

3. Stop

Ini adalah model Ornstein. Kalau merasa darah sudah naik ke kepala, sebutlah: Stop. Perlahan-lahan saja kalau di restoran, boleh keras kalau lagi sendiri. Ini akan mengingatkan si pemarah untuk banting setir, jangan teruskan jalan penuh ranjau itu. Lalu alihkan pikiran ke yang lebih produktif. Daripada memarahi anak yang akan ujian, lebih baik doakan agar ia berhasil. Daripada melotot dan teriak karena rumah harum karena kue, lebih baik mencoba kue itu dan peluklah sang istri yang rajin itu.

4. Alihkan perhatian

Thomas Jefferson bilang, bila Anda marah berhitunglah dari satu sampai sepuluh sebelum bercakap. Kalau sedang marah sekali, hitung sampai seratus. Kalau benci pada tokoh politik yang sedang kampanye di layar televisi dan kuping terasa panas karena marah, alihkan saja televisi ke saluran lain. Atau berdirilah, makan jeruk dulu di meja makan.

5 Relaksasi

Cari posisi beristirahat yang enak, tarik napas panjang yang dalam. Tambah banyak tambah baik dan pikirkan hal-hal yang menyenangkan.

Atau sebut kata: “tenang-tenang-tenang” berulang kali dengan tarikan napas panjang. Bagi yang religius lebih mudah, sebab dapat berdoa atau shalat, ini sangat menenangkan.

6. Belajar mendengarkan

Kekurangan dari orang pemarah adalah sangat sukar untuk mendengarkan pendapat orang lain sebab ia merasa pikiran dan pendapatnya adalah yang paling baik. Sikapnya yang sinis dan siap menyerang tiap pendapat orang lain yang dicurigai sebagai buruk, membuat dia “tuli” pada kebenaran lawan bicaranya.

ref:http://rumahkonsultasianak.wordpress.com